photo sharing and upload picture albums photo forums search pictures popular photos photography help login
Topics >> by >> Saya Curiga Pembubaran FPI adalah Upaya Menutupi Kasus Gisel

Saya Curiga Pembubaran FPI adalah Upaya Menutupi Kasus Gisel Photos
Topic maintained by (see all topics)

Akhir tahun, bukannya siap-siap liburan, pemerintah malah bikin geger negara. Ya gimana tidak geger, wong tidak ada angin tidak ada hujan mendadak membubarkan FPI. Sik, sik... tepatnya sih membubarkan ormas yang sudah bubar. Iya, FPI sebenarnya sudah tidak terdaftar per 20 Juni 2019 lalu, tetapi karena masih aktif beraktivitas, pun karena sering ngerecokin pemerintah dianggap meresahkan, maka melalui Surat Keputusan Bersama pemerintah resmi melarang segala bentuk aktivitas maupun penggunaan atribut FPI.
Ah, sayang sekali ILC sudah berhenti tayang. Kalo tidak kan pasti ada diskusi seru yang menghadirkan petinggi FPI, pihak pemerintah, juga Rocky Gerung yang sudah pasti siap sedia hadir itu.
Oke, saya tidak mau terlalu musingin perkara FPI bubar ini, apakah mereka beneran bakal bubar, atau malah jadi organisasi sembunyi-sembunyi, atau malah sesimpel ganti nama jadi... Front Pejuang Islam yang sama-sama disingkat FPI, atau serah apa saja. Yang saya pikirkan sampai ngelu adalah, kenapa kok ya pemerintah ngebet banget kudu bubarin FPI di detik-detik terakhir tahun berganti?
Maksudnya, kenapa tidak dari dulu? Atau nanti aja setelah tahun baru? Atau minimal ngasih aba-aba kalo mau bubarin gitu, biar tidak terkesan ujug-ujug jedar macam kembang api tahun baru itu.
Setelah saya melakukan investigasi bermodalkan baca berita sana berita sini, melihat tren berita seminggu terakhir, dan tak lupa mantengin susah tidur media, pada akhirnya saya menyimpulkan sesuatu. Ada indikasi menutup-nutupi kasus yang sedang hangat diperbincangkan di balik munculnya berita pembubaran FPI. Bukan kasus penembakan yang misterius, bukan kasus Gibran yang kesrempet bansos, bukan pula mencla-mencle Said Didu di Twitter dan mendadak klarifikasi soal ‘menggebuk Islam’ itu. Tidak lain tidak bukan, kasus yang mau ditutupi pemerintah adalah perkara pengakuan Gisel.
Mau tidak mau, saya auto mengaitkan keduanya. Ibarat dua kutub magnet yang langsung klob saat berdekatan. Kasus penetapan Gisel sebagai tersangka video hohohihi sempat menggemparkan publik dan semua media menyoroti mantan istri Gading Martin ini, tetapi sehari kemudian media seolah amnesia ada kasus Gisel karena ada pembubaran FPI. Lihat? Bukankah sangat jelas upaya menutup-nutupi kasus dengan kasus baru?
Maksudnya, tidak ada yang benar-benar tidak sengaja di semesta ini, pun dengan kasus Gisel dan FPI, pun FPI dengan Nikita Mirzani, pun Nikita Mirzani dengan Kiki The Potters, pun Kiki The Potters dengan Kangen Band seperti penelitiannya Haris Firmansyah di esainya ini(https://mojok.co/hrf/esai/lagu-lagu-kangen-band-di-masa-lalu-ternyata-jadi-pemicu-beberapa-kekacauan-hari-ini/). Semuanya terkait. Kita hanya harus membuka mata lebar-lebar untuk melihat benang merahnya.
Kalau kemudian dibilang saya mengada-ada, itu sangat tidak benar. Saya memiliki teori yang sangat meyakinkan kenapa pemerintah sampai repot-repot mau menutupi kasus Gisel ini. Semuanya karena Pak Jokowi adalah presiden yang sangat care kepada para artis. Masih ingat betul saya betapa sering Pak Jokowi ngundang artis-artis buat makan malam di Istana Negara entah dengan tujuan apa. Rasanya sih tidak mungkin sekadar makan malam sambil tanya gimana kabar masing-masing, bapak ibu sehat apa sakit, atau udah makan berapa kali hari ini.
Selain kerap ngundang artis makan, Pak Jokowi juga sering bagi-bagi pekerjaan ke para artis. Masih ingat tagar Indonesia Butuh Kerja beberapa waktu lalu? Banyak artis yang ikut meramaikan tagar itu, dan tentu saja itu atas kedermawanan Pak Jokowi bagi-bagi job. Makanya, saking dekatnya sama jajaran artis top negara ini, rezim Pak Jokowi juga berusaha melindungi artis-artis yang terkena kasus berat.
Atau kalau mau lihat jauh ke belakang, dulu sempat ada fenomena lucu di mana Pak Jokowi terselamatkan oleh berita artis. Pada tahun 2015, di mana Pak Jokowi sedang disayang-sayangnya sama masyarakat, mendadak blio memutuskan buat naikin harga BBM. Alasannya sangat heroik, karena kenaikan harga itu akan digunakan untuk alokasi pembangunan infrastruktur di daerah terpencil seperti sekolah, meski pada kenyataannya sekolah di banyak daerah masih saja tidak keurus.
Namun sekalipun masih menjadi Presiden kesayangan rakuat, kenaikan harga BBM tetaplah petaka. Protes muncul dari sana sini, pun media memberitakan kenaikan BBM dengan sangat gencar. Lucunya, di hari kenaikan harga, tepat pada tanggal 28 Maret 2015, justru media mendadak bungkam dan memilih meliput berita lain terkait artis.
Pak Jokowi terselamatkan dari amukan massa karena media baik itu televisi, media digital, media cetak, dan segenap media lainnya, memilih topik yang lebih geger yaitu kematian Olga Syahputra. Iya, kematian Olga menjadi santapan hampir semua media pada saat itu sehingga Pak Jokowi pasti prengas-prenges karena tidak ada protes masif pada hari itu.
Pak Jokowi, yang merasa terselamatkan, lantas berubah menjadi sosok yang ingin berterima kasih kepada artis-artis papan atas. Maka dari itu ketika ada artis besar yang terkena kasus video hohohihi berdurasi sembilan belas detik, Pak Jokowi merasa iba dan ingin meredakan pemberitaan di media.
Tau sendiri lah gimana media di Indonesia. Ada kasus dikit, para jurnalisnya bisa mobat-mabit mencari bahan berita sampai ke level komentar Pak RT. Bahkan saya rasa sudah ada jurnalis dari beberapa media yang datang ke rumah Pak RT di kompleks Gisel tinggal, tetapi mendadak beritanya gagal naik gegara Pak Jokowi, melalui tangan-tangan panjangnya, sudah membuat keputusan yang auto menjadi tajuk utama.
Jadi sebagai perlindungan kepada Gisel, Pak Jokowi DKK iseng membubarkan ormas yang memang sudah bubar lebih dari setahun lalu.
Melihat kejadian ini, saya sungguh bangga dengan Pak Jokowi DKK. Blio sungguh kreatif menangani permasalahan. Pandai membolak-balikkan keadaan. Pandai rangkul sana rangkul sini termasuk para artis dan senantiasa melindungi mereka dari pemberitaan negatif.
Di kemudian hari saya harap pemerintah makin kreatif apabila ada artis papan atas yang terjerat kasus. Misal ada gosip Wika Salim bisulan, pemerintah yang tidak mau media menguras isu si Wika Salim, mereka tinggal bubar-bubarin saja ormas, partai, atau serah apa saja. Pertanyaannya, setelah FPI, apa lagi? Kok saya merasa ada tendensi pemerintah Indonesia memiliki kebencian dengan segala sesuatu yang berakhiran I ya? PKI, HTI, FPI. Tinggal tunggu saja giliran PDI.
Referensi: susah tidur media



has not yet selected any galleries for this topic.