Sumatera Utara adalah tanah yang ditinggali oleh bermacam-macam etnis. Etnis Batak menjadi etnis mayoritas yang terdapat di Wilayah Sumatera Utara. Maka adakala jika itu pergi ke tanah Jawa dipastikan banyak yang mengira kalau orang yang berasal atas Sumut adalah orang Begal. Peradaban atas Batak yang ada sudah melacak mewariskan kebiasaan seperti pesta Batak. Tentunya tradisi ni berkaitan pada kehidupannya.
Pelestarian dari kebiasaan ini terus-menerus dilakukan yang tengah-tengah term modern ibarat sekarang tersebut. Media saat ini banyak menghadirkan pertunjukan seni sampai pariwisata. Dimana Peradaban Batak berikut berpusat ketika Danau Toba. Sebetulnya sesuatu ini menjadi potensi yang sangat indah. Maka tdk sedikit manusia saat ini yang masih mewujudkan berbagai kebiasaan ini. Walaupun memang jumlahnya yang makin berkurang pokok termakan sambil modernisasi.
Tradisi dan Perhelatan Batak yang masih sering didengar hewan beberapa antara lain seperti gondang naposo. Itu adalah tarian muda-mudi daripada Batak dalam mencari seorang Jodoh. Tradisi ini pesertanya adalah muda mudo yang dulunya di dalam suatu kampung ada seseorang yang lambat dalam mendapatkan jodoh. Kemudian disepakatilah menghadirkan Gondang Naposo ini. Yang nantinya sekitar muda mudi yang berawal dari kesultanan lain terlihat untuk mengatasi calon kekasihnya.

Sebelum adanya pandemi Covid-19 bahwa acara ini didefinisikan sebagai festival yang digelar secara rutin pada Samosir. Acara ini jadi acara unggulan di dalam kegiatan horas Samosir Fiesta. Kira para juvenil mudi yang beradu koreografi berebut utk menjadi seorang pemenangnya. Kegiatan ini rata-rata di gelar pada jangka bulan badar yaitu sesudah upacara Mangsae Taon hewan biasanya dijalankan setelah kegiatan panen besar. Ini ialah sebuah perian raya yang dirayakan sambil masyarakat Batak pada tempo dulu. Ketika beberapa tempat ada juga yang menyebutnya dengan Pesta Bius, Patasumangot dan Pasahat Horbo Meruntuhkan.
Acara etiket berikutnya diartikan sebagai Mangulosi antara lain menyematkan serampin karena memilikinya makna-makna tertentu. Apabila berlabuh ke acara-acara adat Batak maka ulos ini sudah barang tentu menjadi jasad yang jadi pusat persetujuan. https://www.pestabatak.com orang yang sudah memenuhi tumpuan tentunya hendak memakainya.
Di dalam tradisi Pengembara ini pula biar ada kaum etnis yang lainnya yakni Simalungun, Dairi dan Karo. Mangulosi tersebut menjadi salah satu dari kebiasaan yang waktu ini masih dipertahankan sampai waktu ini. Prosesnya adalah dengan kebiasaan mengalungkan serampin Ulos berikut kepada orang lain dalam pundaknya. Dari segi berbagai sumber bahwa Mangulosi ini dinilai dapat memberikan perlindungan atas berbagai sindiran.
Pada tradisi Mangulosi ni dilakukan per orang yang memang dituakan oleh moyang yang menyandang pertuturan, hewan kedudukan yang lebih nista berdasarkan kebiasaan misalnya seperti orang tua kepada anaknya. Dalam upacara ijab kabul adat Batak terdapat kebiasaan Mangulosi atas Paman alias tulang mendapatkan kedua mempelai, yang menyampaikan kekhasan dari relasi dalam keluarga Pengembara. Ragam dr ulos yang ada pun sangat banyak. Dan terhenti dengan sapa yang bakal memakainya kemudian untuk apa-apa tujuan ulos ini. Masing-masing dari ulos ini pun memiliki corak yang tidak sama.
Acara adat berikutnya ialah upa-upa maranak marboru yang merupakan acara adat yang termasuk pada pesta Rebut untuk mengikrarkan keluarga yang baru saja menikah supaya buru-buru mempunyai momongan. Dan gak hanya cuma hanya menyemaikan keluarga raksasa saja untuk makan molek dan berdoa. Untuk mendoakan keluarga supaya segera ada anak apalagi akan dibawa ke interior panggilan sehari-hari.
|