Perjalanan dilanjutkan dan hujan mulai mereda. Beberapa desa seperti desa Ampa Cola dan desa Kendawi kami lewati dan mendakati ke Ketambe jalan sudah mulai bagus. Jalan dipinggir sungai Alas yang sangat terkenal ini sungguh mengasyikkan. Sungai yang bewarna coklat pada musim hujan tetapi jernih pada musim kemarau, ganas dan liar. Saking liarnya banyak badan jalan diobrak-abriknya. Berjalan sejajar dengan sungai ini, seolah-olah macan kami berpacu dengan arus derasnya sungai. Helm dibuka sejenak untuk menikmati semilirnya angin hutan yang menerpa jidat dan membuat kepala dingin dan segar. Sang joki mencambuk si macan lebih keras dan meraung-raung berlari dengan kecepatan lebih tinggi berpacu dengan waktu karena cuaca sudah mulai gelap.