Sabtu 22 Maret 1997, perjalanan dimulai pukul 04:30 pagi. Sengaja berangkat pagi sekali karena perjalanan panjang hari itu. Pada pagi buta melintas Boulevard pantai kota Menado, muda-mudi berderet di kaki lima melewatkan akhir malam panjang konkow-konkow ditemani tape mobil yang berdentam bum .. bum. Pagi itu cuaca cerah tanpa bulan. Tertarik pemandangan langit si-macan dihentikan sejenak, lampu dimatikan. Pemandangan langit betul-betul menakjubkan, langit bertabur bintang. Gugus bintang yang biasa sulit terlihat betul-betul jelas seperti butiran putih tepung susu tumpah di langit.

Sesudah isi bensin di Inobonto, berhenti di restoran kecil antara Inobonto - Gorontalo, bukan karena lapar, tetapi karena tertarik lokasi-nya yang bagus di pinggir tebing laut. Ternyata selain tempat makan, juga penginapan seadanya. Terdapat kamar tidur sederhana tetapi bersih. Kamar mandinya diluar alias open kap dengan air pancuran dari gunung. Taripnya pun murah, lima ribu perak semalam. Kalau lihat lokasinya, pangsa pasarnya adalah pengendara letih kemalaman.

Lepas dari restoran, si-macan nonstop drive terus sampai ke Sulawesi Tengah, dengan mengisi bahan bakar sekali di Gorontalo km 450 dari Menado dan di Tinombo km 820 dari Menado. Keluar dari Marisa menuju Tinombo awan gelap dan gerimis membayangi perjalanan. Untuk hanya hujan lokal, hujan sebatas di bawah awan gelap. Sekali terhadang banjir yang menggenangi 1 kilometer jalan dengan ketinggian 50 cm. Untungnya mesin si-macan agak tinggi dan ujung knalpot mendongak ke atas.